Pemilu dan Revolusi Akal Budi

Pemilu dan Revolusi Akal Budi Oleh: Sudirman P. Dosen IAIM Sinjai Di tahun 2018 dan 2019 nantinya, Indonesia memasuki tahun-tahun penting yang sangat menentukan masa depan bangsa. Kita menyebutnya sebagai tahun politik. Semua manusia dan apa pun profesinya mereka tidak bisa terhindar dari zaman ini (zaman politik). Disisi lain, fenomena kehidupan politik akhir-akhir ini menunjukkan adanya degradasi ideologi politisi partai politik (Parpol), karna parpol hanyalah kendaraan baginya untuk mengantarkan pada keddukan dan kekuasaan sebagai wakil rakyat atau menjadi pejabat dipemerintahan, bukan sebagai alat perjuangan dari suatu cita-cita sosial dan ideologi perjuangan mencapai kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pasca pilkada serentak pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati beberapa waktu menjadi cerminan bagi kita semua dengan masih adanya ditemukan praktik-praktik politik yang tidak mencerminkan tujuan dari partai politik itu sendiri. Degradasi ideologi itu antara lain ditandai maraknya money politics yang dilakukan sebagai cara untuk meraih kedudukan dan kekuasaan. Parpol menjadi bursa jual beli kedudukan yang akan diraihnya, semakin mahal pula harganya, meskipun tidak pernah dipasang harga normatifnya. Akibatnya, bantuan dan sumbangan kepada partai tidak ada yang tulus, tetapi selalu memuat kepentingan-kepentingan kekuasaan. Semakin besar jumlah sumbangan yang diberikan maka semakin besar pula kepentingan kekuasaanya. Peranan uang menjadi sangat fundamental dalam kehidupan dan karir politik, dan amat sulit dibayangkan seseorang akan dapat meraih puncak kekuasaan tanpa uang. Jika uang yang diberikan untuk meraih puncak kekuasaan itu besar jumlahnya, tentu kekuasaan yang didapatnya nanti akan dipakai untuk menarik kembali uang yang sudah dikeluarkanya, sehingga wakil-wakil rakyat di DPRD pun sudah ribut soal jumlah uang pesangon. Akibatnya kekuasaan adalah dari uang dan untuk uang dan politik adalah pekerjaan untuk mencari uang. Tidak ada hubungan sama sekali antara kekuasaan dan politik dengan cita-cita sosial dan perjuangan ideologi memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara, apalagi perjuangan membela kepentingan rakyat, karna rakyat pun sudah dibeli untuk mendukung kekuasaanya. Kekuasaan menjadi sakral dan tak tersentuh oleh rakyat kecil dan miskin. Ritus kekuasaan adalah kemewahan, kewibawaan dan kekaguman. Kekuasaan telah membuat seorang penguasa takut kehilangan kekuasaanya, sehingga kekuasaan dipakai untuk menyingkirkan orang-orang yang akan mengancamkekuasaanya. Kekuasaan menjadi teror bagi rakyat yang bersikap kritis, apalagi menentangnya. Karena suara kritis rakyat akan dipandang sebagai ancaman kekuasaan, kejujuran dan kerendahan-hatian. Sebaliknya, yang berkembang adalah kemunafikan, kepura-puraan dan basa basi sebagai cara untuk menyenangkan penguasa, sekaligus untuk mendapatkan bagian kue kekuasaan. Negara kita sesungguhnya kaya, dari sabang hingga meruke berjajar pulau-pulau yang kandungan alamnya sagat kaya, di hutan, lautan, bahkan diperut buminya yang subur. Akan tetapi kekayaan itu tidak berarti bagi rakyatnya sendiri, karena semua kekayaan ternyata sudah tergadaikan, baik karena utang-utang pemerintah yang besar jumlahnya, maupun karena kebodohan kita sendiri dalam mengelola, sehingga kehidupan rakyat tetap saja miskin. Ibarat tikus yang mati di lumbung padi. Pada sisi lain, realitas degradasi ideologis politisi parpol sangat merisaukan, apakah mereka mampu mengelolah kekuasaan dengan adil dan benar jika parpol itu memenagkan pemilu nanti??? Revolusi akal budi akan menuntun kita melepaskan diri dari kotak-kotak sempit kekuasaan yang memenjara suara hati nurani rakyat. Revolusi akal budi adalah loncatan kesejarahan yang mencerahkan dan membebaskan kehidupan rakyat. Revolusi akal budi sesungguhnya bukanlah anarki, akan tetapi sesuatu yang manusiawi, karena jati diri seorang manusia pada hakikatnya ada pada ketinggian akal budinya. Dalam sejarahnya, para nabi sesungguhnya telah melakukan revolusi akal budi dengan mengubah paradigma ummatnya untuk berjuang menegakkan kebenaran, keadilan, kemakmuran dan kebahagiaan abadi para nabi tak pernah mengajarkan untuk memuja kekuasaan, uang dan kemewahan, tapi membela ummat yang lemah, terpinggirkan dan menderita, dan kalau penyebabnya kekuasaan, maka kekuasaan yang ada pun diingatkan dan dilawannya. Nabi mengingatkan, “Engkau semua adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinanya.” Karena itu, setiap pilihan kita, selalu ada pertanggungjawabannya. Pemilu nantinya seharusnya menjadi tonggak revolusi akal budi, dan kalau tidak, hanya akan menjadi kesia-siaan belaka, karena hanya akan melahirkan penguasa yang menyengsarakan rakyat sendiri.

Komentar

  1. Casinos Online | Lucky Club
    Casinos Online - What Are the Best Online Casinos? — How do you place a bet? You need to know when a new online casino offers a luckyclub welcome bonus.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG GURU HONORER

ISLAM DI AFRIKA SUB SAHARA