Ringkasan Tesis

RINKASAN TESIS

INTERNALISASI NILAI-NILAI KARAKTER DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMU NEGERI 1
SINJAI UTARA KABUPATEN SINJAI
SULAWESI SELATAN



UIN SUKA YOGYAKARTA.jpg














Oleh:

SUDIRMAN P.
NIM: 1220410134



Pembimbing
Prof. Dr. H. Maragustam, M.A




PROGRAM PASCASARJANA
 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014

            :











KATA PENGANTAR
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ اارَّØ­ِيمْ
Ungkapan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT, zat yang maha menganugrahkan rahmat dan petunjuk bagi segenap makhluknya. Tesis ini dimaksudkan untuk mengetahui proses internalisasi nilai karakter dalam pendidikan Agama Islam di SMUN 1 Sinjai Utara. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan arahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan tesis ini. Serta kepada yang terhormat:
1.      Prof. Dr. H. Musa Asy’arie, selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2.      Prof. Dr. H. Khoiruddin, M.A, selaku Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3.      Prof. Dr. H. Maragustam, M.A, Ketua Program Studi Pendidikan Islam PPs. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan sekaligus Pembimbing Tesis yang penuh kesabaran memberikan koreksi kritis dan masukan selama tahap penulisan, perbaikan hingga penyelesaian tesis ini.
4.      Para Dosen pengajar PPs. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah banyak meluangkan waktu membekali penulis dengan ilmu melalui diskusi kelas.
5.      Kedua orang Tua tercinta yang paling penulis hormati dan banggakan, yang telah mengasuh dan mendidik penulis dengan kasih sayang serta pengorbanannya yang tak terhingga baik berupa mental spritual, maupun material spritual.
6.      Kepala SMU Negeri 1 Sinjai Utara serta segenap pegawai/ karyawannya yang telah membantu, meluangkan waktu dan pemikiran sehingga tesis ini dapat penulis susun dengan baik.
Penulis tak mampu membalas atas segala kebaikan yang telah diberikan, hanya dengan mengangkat kedua tangan seraya memohon doa kepada Allah SWT agar segala amal baiknya mendapat balasan dan limpahan Surga-Nya. Amin ya, rabbal alamin.
Yogyakarta, 22  April, 2014
Penulis,

SUDIRMAN P., S.Pd.I
NIM: 1220410134


ABSTRAK
Sudirman P. Internalisasi Nilai-Nilai Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMU Negeri 1 Sinjai Utara. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014.
Penelitian ini berangkat dari sebuah fenomena dan keprihatinan yang mengiris hati sanubari bagi orang-orang yang merindukan keluhuran moralitas, akhlak dan harga diri yang bernilai bagi kemajuan bangsa di masa yang akan datang. Sehingga berbagai konsep pendidikan karakter lahir dan menjadi tawaran. Ini menjadi tugas dan tanggung jawab bersama, khususnya lembaga pendidikan. Begitu juga dengan SMU Negeri 1 Sinjai Utara sebagai salah satu lembaga tertua di Kabupaten Sinjai ikut mengemban amanah dan kewajiban yang sama. Dalam catatan sejarah, keberhasilan SMU Negeri 1 Sinjai Utara dalam membentuk karakter anak bangsa sehingga melahirkan berbagai tokoh revolusioner yang mampu membawa bangsa ini hidup dalam ketentraman, kedamaian, dan kemerdekaan. Oleh karna itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Strategi Penerapan nilai karakter yang ditanamkan bagi peserta didik (2) Nilai-Nilai Karakter yang ditanamkan bagi peserta didik  (3) faktor penghambat dan pendukun dalam pembentukan nilai karakter (4) Hasil dari pendidikan nilai karakter di SMU Negeri 1 Sinjai Utara.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Subyek dari penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas XII. Adapun metode pengumpulan data yaitu dengan wawancara, Observasi atau catatan lapangan, dan dokumentasi. Sedangkan analisis datanya menggunakan deskriptif analitik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam membentuk karakter siswa di SMU Negeri 1 Sinjai Utara menggunakan pendekatan komprehensif. Strategi internalisasi nilai pendidikan karakter menggunakan pendekatan moral reasoning (penalaran moral), yaitu pembelajaran yang di tempuh dengan tahapan pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral. Melalui pembelajaran pendidikan Agama Islam, SMU Negeri 1 Sinjai Utara melakukan beberapa strategi yaitu: pertama, mengajarkan dan memberikan pemahaman tentang kebaikan, keadilan dan nilai secara konseptual. Kedua, guru sebagai suri teladan sekaligus sebagai pengasuh dan pembimbing. Ketiga, menentukan prioritas nilai karakter. Keempat, praksis prioritas refleksi  dan refleksi yaitu pendalaman untuk melihat sejauh mana keberhasilan dan kegagalan pendidikan karakter. Nilai penddikan karakter yang diterapkan lebih ditekankan pada keteladanan, kejujuran, kerjasama, serta mengembangkan prilaku yang mencerminkan sikap percaya diri, tanggung jawab, rasa ingin tahu, kepedulian demokrasi kejujuran, menghargai dan gemar membaca. Keberhasilan SMU 1 Sinjai Utara dalam pembentukan karakter adalah kesesuaian antara nilai karakter yang ditanamkan dengan indikator keberhasilan karakter dari gejala atau fakta hasil observasi.  bentuk keteladanan, pembiasaan, penguatan serta keterlibatan orang tua dan masyarakat kunci keberhasilan penanaman karakter. Adapun faktor pendukung dan penghambat dalam pementukan karakter peserta didik yang dianalisis menggunakan analisis SWOT  berdasarkan kondisi internal dan eksternal SMU Negeri I Sinjai Utara.
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan sumber daya manusia yang bermutu maka diharapkan dapat mendukung lajunya perkembangan pembangunan bangsa dan negara. Menjadi negara yang maju tentu menjadi dambaan bagi setiap negara. Funsi pendidikan dalam meningkatkan sumber daya manusia sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembanya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]
Berdasarkan isi dari UU tentang Sisdiknas, jelas kiranya bahwa pendidikan nasional di selenggarakan untuk mencapai tujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter bangsa. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan disetiap jenjang, termasuk  Sekolah Menengah  Atas (SMU) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut, tidak hanya sekedar mengembangkan kemampuan penguasaan pengetahuan dan kemampuan teknis, namun juga membentuk karakter seperti kemampuan mengelolah diri, mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dalam berinteraksi dengan masasyarakat.
Namun apa yang terlihat pada dunia pendidikan kita saat ini, sungguh sebuah keprihatinan yang mengiris hati sanubari bagi orang-orang yang merindukan keluhuran moralitas, akhlak dan harga diri yang bernilai bagi kemajuan bangsa di masa yang akan datang. Tidak hanya tawuran antar sekolah, bahkan beredar video perkelahian angtar siswi yang saling jambak, seorang guru yang tega menganiaya siswanya, bahkan pelecehan seksual pun terjadi, kecurangan UN, menyontek, terjadi penyuntikan dana BOS, Nepotisme pada penerimaan siswa baru, dan berbagai persoalan lain yang terkait dengan dunia pendidikan.
Untuk menuju indonesia yang maju, bangsa ini membutuhkan generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara kognitif melainkan juga harus memiliki militansi yang kuat, mental yang tangguh, berwatak mandiri, disiplin tinggi, bertanggung jawab, dan berbudi pekerti yang luhur.
Pendidikan karakter adalah suatu system penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan yang maha esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.[2]
Pendidikan karakter ini perlu ditinjau dari beberapa lembaga pendidikan di daerah-daerah di Indonesia khususnya di daerah Sinjai ini yang dikenal di Sulawesi Selatan sebagai daerah yang cukup maju pendidikanya, namun pada kenyataanya pola pendidikan karakternya belum jelas seperti apa, masih adanya tindakan-tindakan kekerasan, tawuran, yang tidak sedikit banyak melibatkan kaum terpelajar, khususnya kaum terpelajar yang ada di kota-kota.
Sekolah SMU Negeri  1 Sinjai Utara Kabupaten Sinjai, merupakan salah satu sekolah yang berada di jantung pusat kota sinjai dan  sangat di favoritkan di daerah sinjai dan diharapkan akan mencetak kader-kader yang berkualitas yang memenuhi tuntunan jaman, dan tidak menjadi beban masyarakat namun disisi lain sekolah tersebut belum mampu memenuhi apa yang menjadi harapan bangsa dalam artian pola pembentukan karakternya belum nampak dan belum jelas seperti apa. Semua ini terletak pada tenaga pendidik dalam hal ini utamanya guru pendidikan agama islam. Dimana letak kesalahan  seorang guru PAI dan bagaimana pola yang diterapkan.
Oleh karna hal tersebut diatas, penulis akan meneliti bagaimana pola pendidikan karakter di SMU 1 Sinjai Utara Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan dan bagaimana internalisasi pendidikan karakter dalam pembelajaran PAI di SMU tersebut. Yang menjadi subyek penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah SMU 1 Sinjai Utara Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.
B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana Strategi Internalisasi Pendidikan Nilai Karakter dalam proses pembelajaran PAI di SMU Negeri 1 Sinjai Utara?
2.    Bagaimana Nilai Pendidikan Karakter Dalam PAI di SMU Negeri 1 Sinjai Utara.
3.    Apa saja kendala yang di hadapi guru dalam pelaksanaan pendidikan nilai karakter PAI di SMU Negeri 1 Sinjai Utara?
4.    Bagaimana Hasil dari Pendidikan Nilai Karakter PAI di SMU Negeri 1 Sinjai Utara?
C.  Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan pendidikan nilai karakter dengan penilaian pada ranah afektif dengan rincian sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui strategi penerapan nilai karakter yang ditanamkan bagi siswa di SMU Negeri 1 Sinjai Utara.
2.      Untuk mengetahui bagaimana Nilai Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran PAI di SMU Negeri 1 Sinjai Utara.
3.      Untuk mengetahui kendala yang di hadapi guru dalam penerapan pendidikan nilai karakter PAI di SMU Negeri 1 Sinjai Utara? serta menemukan  solusinya.
4.      Untuk mengetahui bagaimana/ sejauh mana hasil dari pendidikan Nilai Karakter PAI pada siswa di SMU Negeri 1 Sinjai Utara.
Dalam penelitian yang dilakukan penulis diharapkan memiliki dua manfaat angtara lain:
1.      Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi civitas akademi dalam memberikan konstribusi untuk memperkaya khazanah keilmuan dan salah satu masukan bagi upaya pengembangan ilmu pendidikan, khususnya yang terkait dengan pendidikan Nilai Karakter di SMU Negeri 1 Sinjai Utara.
2.      Manfaat Praktis
a.       Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi berharga bagi para praktis pendidikan, baik lembaga yang diteliti maupun pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan khususnya mutu pendidikan di SMU Negeri 1 Sinjai Utara.
b.      Hasil penelitian ini dapat di manfaatkan sebagai referensi baru dalam penerapan pendidikan karakter pada pembelajaran di SMU Negeri 1 Sinjai Utara untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional yang seutuhnya mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter bangsa.
c.       Hasil penelitian ini akan menjadi salah satu pengalaman yang akan memperluas cakrawala pemikiran dan wawasan pengetahuan, khususnya mengenai strategi pembentukan karakter bagi anak.
D.  Metode Penelitian
1.    Subyek
Subyek penelitian adalah orang atau apa saja yang menjadi sumber data dalam penelitian.[3] Dan yang menjadi sumber data sebagai subjek dari penelitian penulis adalah Kepala SMUN 1 Sinjai Utara, Guru atau tenaga pengajar SMUN 1 Sinjai Utara, dan siswa SMUN 1 Sinjai Utara.
Dalam penelitian ini  tekhnik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling. purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Misalnya, orang tersebut paling yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/ situasi sosial yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karna jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data.[4]
2.    Jenis Penelitian
Menurut jenisnya penelitian ini adalah penelitian kualitatif  (qualitative research), yaitu penelitian yang menghasilkan penemuan yang tidak bisa dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).[5] Merupakan penelitian lapangan dengan dasar penelitian naturalistic karna dilakukan pada kondisi yang alamiah.[6]
Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan secara terjung langsung guna memperoleh data-data yang diperlukan. Termasuk peneitian kualitatif deskriptif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang pelaku yang diamati, diarahkan pada latar belakang individu secara utuh (holistic) tanpa mengasolasikan individu dan organisasi dalam variabel atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.[7]
Dalam penelitian ini yang digunakan sampel adalah siswa kelas XII, dengan pertimbangan siswa kelas XII merupakan kelas akhir yang telah mendapat proses pendidikan karakter paling lama dibandingkan kelas lain. Dengan melalui proses hinggah akhir kelas, dimaksudkan telah tuntas dalam mendapatkan nilai-nilai karakter yang ditanamkan di SMU Negeri  1 Sinjai Utara.
3.    Pendekatan Penelitian
Pendekatan ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan pendidikan karakter di SMU Negeri 1 Sinjai Utara Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Guna mendapatkan data yang lengkap dan dapat memberi makna terhadap jawaban yang tepat dalam permasalahan yang diajukan. Maka peneliti menggunakan pendekatan fenomenologis. Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subyektif atau pengalaman fenomenologikal; suatu studi tentang kesadaran dari persefektif pokok dari seseorang.[8]
4.    Sumber Data
Dalam menentukan informan dilakukan dengan cara Snowball  dan purposive. Pertama peneliti menemui key person untuk mendapatkan informasi awal mengenai pendidikan Karakter di SMU Negeri 1 Sinjai Utara Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, kedua dilanjutkan penelitian lapangan dengan mewancarai responden sebagaimana disarankan oleh key person. Proses ini berlangsung secara berantai dari responden satu keresponden berikutnya dan baru berhenti setelah data yang diperlukan dipandang cukup memadai.
Jika disesuaikan dengan judul tesis yang akan penulis lakukan, maka yang menjadi sumber data penelitian adalah:
a.    Kepala SMU Negeri 1 Sinjai Utara
Sebagi informan utama untuk mengetahui sejarah, latar belakang, bagaimana pembinaan karakter yang dilakukan, serta data-data yang terkait dengan SMU Negeri 1 Sinjai Utara.
b.    Guru atau tenaga pengajar SMU Negeri 1 Sinjai Utara
Sebagai pendidik, turut membantu dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran, serta pembimbing dalam pembentukan karakter siswa.
c.    Siswa SMU Negeri 1 Sinjai Utara
Peserta didik  adalah pelaku pembelajaran, tentunya akan sangat membantu dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dan bimbingan para guru pengajar.
5.    Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data, teknik yang dilakukan adalah:
a.    Observasi
Sebagai metode ilmiah, observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti.[9]
Dan yang digunakan adalah observasi non partisipan yaitu peneliti tidak terlibat dalam aktivitas yang sedang diamati dan hanya sebagai pengamat independen.[10] Bentuk observasinya adalah observasi tidak terstruktur, yaitu observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan istrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Peneliti bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan.[11]
b.    Wawancara
Interview atau wawancara sebagai proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan dapat mendengarkan suaranya dengan telinga sendiri, merupakan alat pengumpul informasi langsung untuk berbagai jenis data sosial, baik yang terpendam (latent) maupun yang manifest.[12]
Yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.[13]
Adapun bentuk wawancaranya nanti, penulis menyiapkan beberapa butir pertanyaan pokok, dengan tujuan untuk menghindari adanya pertanyaan yang menyimpang dari permasalahanya. Walaupun dalam keadaan tertentu pewancara mengajukan pertanyaan secara bebas guna mendapatkan data yang lebih mendalam. Wawancara semacam ini dinamakan wawancara bebas terpimpin, yaitu pewawancara membawa kerangka pertanyaan untuk disajikan, tetapi cara bagaimana pertanyaan-pertanyaan itu diajukan dan irama wawancara diserahkan kepada kebijaksanaan pewawancara.[14]
c.    Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data tentang variabel yang berupa catatan, buku-buku, surat kabar, agenda, notulen, dan lainya yang relevan dengan tujuan pendidikan.
Untuk memperoleh keabsahan data, maka data yang telah berhasil di gali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenaranya. Oleh karna itu setiap peneliti harus bisa memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya.
Teknik trigulasi merupakan cara yang paling tepat digunakan bagi peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif. Trigulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain.[15]
Trigulasi dengan sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.trigulasi teknik berarti, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.[16]
Triangulasi yang digunakan penulis adalah triangulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: 1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, 2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakanya secara pribadi, 3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, 4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, dan 5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Sedangkan untuk menguji keabsahan data dalam menjawab hasil pendidikan karakter, maka instrumen yang digunakan dalam mendapatkan data diuji validitas dan realibilitasnya. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. Istrumen yang reliable adalah instrumen yang digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama.[17]
6.    Analisis Data
Langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data di lapangan, reduksi data (reduction data), penyajian data (display data), dan penarikan verifikasi kesimpulan (concluction drawing).[18]
Berdasarkan teori tersebut, maka langkah-langkah analisis datanya adalah sebagai berikut:
a.    Menelaah seluruh data yang berhasil dikumpulkan yaitu dari hasil wawancara, catatan lapangan (observasi), dan dokumentasi.
b.   Kemudian peneliti mengadakan reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan strateginya dan membuang yang tidak perlu.
c.    Setelah data direduksi, maka peneliti menyajikan data. Penyajian data (display data) yang disajikan merupakan kumpulan informasi yang memberi adanya penarikan kesimpulan.penyajian data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan suatu makna dan data-data yang telah diperoleh, kemudian disusun secara sistematis dari bentuk informasi yang komplek menjadi sederhana namun selektif.[19]
Setelah melakukan analisa data, peneliti menggunakan triangulasi data untuk menguji validitas (keabsahan data), yaitu, pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (adanya perpanjangan waktu).[20]

BAB II
KAJIAN TEORITIK
A.    Nilai-Nilai
1.   Pengertian Nilai
Pada dasarnya, nilai adalah sesuatu yang menurut sikap suatu kelompok orang dianggap memiliki harga bagi mereka. Nilai merupakan konsep abstrak di dalam diri manusia atas masyarakat mengenai hal-hal yang dianggap baik, benar, dan hal-hal yang dianggap buruk dan salah. Nilai mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.[21]
Nilai adalah prinsip-prinsip sosial, tujuan-tujuan, atau standar yang dipakai atau diterima oleh individu, kelas, masyarakat, dan lain-lain.[22] Drijarkara sebagaimana yang dikutip oleh Agus Zaenal Fitri mengungkapkan bahwa nilai merupakan hakikat sesuatu yang menyebabkan hal itu pantas dikerjakan oleh manusia. Nilai erat kaitanya dengan kebaikan, kendati keduanya memang tidak sama mengingat bahwa sesuatu yang baik tidak selalu bernilai tinggi bagi seseorang atau sebaliknya.
Zakiyah Darajat mengartikan nilai sebagai perekat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai satu identitas yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterkaitan maupun perilaku.[23] Senada dengan itu, Rohmat Mulyana mengartikan nilai sebagai rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.[24]
Dari uraian tentang nilai diatas, maka penulis mengambil pengertian bahwa nilai merupakan sebuah konsep keyakinan seseorang terhadap sesuatu yang dipandang berharga olehnya dan mengarahkan tingkah laku seseorang dalam kehidupanya sehari-hari sebagai makhluk yang bermasyarakat.
2.   Objek Nilai
Objek nilai berupa tindakan, benda, hal, fakta dan peristiwa, termasuk didalamnya norma, serta semua yang berorientasi pada kebermaknaan nilai menurut pertimbangan manusia (nilai kemanusiaan), dan pertimbangan manusia yang didahului pengetahuan dan kesadaran terhadap nilai ilahiyah (nilai ketuhanan).[25]
3.   Macam-Macam Nilai
Dalam pembagian yang sederhana, macam-macam nilai dibedakan menjadi: 1) nilai-nilai ilahiyah dan insaniyah, 2) nilai-nilai universal dan lokal, 3) nilai-nilai abadi, pasang surut, dan temporal, 4) nilai-nilai hakiki dan instrumental, 5) nilai-nilai subyektif, obyektif rasional dan obyektif metafisik.[26] Pembagian nilai tersebut didasarkan atas sudut pandang yang berbeda-beda, yang pertama didasarkan atas sumber-sumber nilai; yang kedua didasarkan atas ruang lingkup keberlakuanya; yang ketiga didasarkan atas masa keberlakuanya; yang keempat didasarkan atas hakekatnya; dan yang kelima didasarkan atas sifatnya.
4.   Bentuk-Bentuk Nilai Dalam Pembelajaran Agama Islam
Menurut Abdul Mustakim,[27] nilai-nilai pendidikan dalam kisah Al-Qur’an ada enam bentuk, namun keenam nilai-nilai tersebut dapat dipandang sebagai dasar nilai pendidikan yang pada hakikatnya sangat penting dan utama diterapkan dalam pembelajaran PAI, nilai-nilai tersebut yaitu: Pertama, nilai pendidikan tauhid. Kedua, nilai pendidikan intelektual. Ketiga, nilai pendidikan akhlak/ moral. Keempat, nilai pendidikan seksual. Kelima, nilai pendidikan spriritual, keenam, nilai pendidikan demokrasi.
B.     Pendidikan Karakter
1.   Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia, baik, yang menyangkut aspek rohani dan jasmani.[28]
Ahli lain seperti John Dewey menyebutkan bahwa pendidikan sebagai proses pembaharuan makna pengalaman. Pengalaman ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda. Selain itu, mungkin pula terjadi secara sengaja dan di lembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup. Sementara itu, Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan Indonesia mendefinisikan pendidikan sebagai usaha kebudayaan yang bermaksud memberi bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak supaya dalam kodrat pribadi dan lingkunganya mendapatkan kemajuan lahir batin menuju ke arah adab kemanusiaan. Ki Hajar Dewantara mendefenisikan adab kemanusiaan sebagai tingkatan tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia yang berkembang selama hidupnya.[29]
2.   Pengertian Pendidikan Karakter
Secara kebahasaan, istilah karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu  charassein yang dalam bahasa inggris berarti to enggrave, yang berarti mengukir, melukis, atau menggoreskan.[30] Karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbol khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik.[31]
Secara etimoligi, istilah kararter berasal dari bahasa Latin Character, yang antara berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlak. Istilah karakter juga diadopsi dari bahasa Latin kharakter, kharessian, dan xharaz yang berarti tool for marking, to engrave, dan pointed stake.[32] Dalam bahasa Arab, karakter diartikan ‘khuluq, sajiyyah, thabu’ (budi pekerti, tabiat atau watak), kadang juga diartikan  syakhiyyah yang artinya lebih dekat dengan personality (kepribadian).[33] Sedangkan dalam bahasa Inggris, diterjemahkan menjadi  character. Character berarti tabiat, budi pekerti dan watak.[34]
Secara terminologis Thomas Lickona juga mengemukakan bahwa karakter adalah disposisi batin yang dapat di andalkan untuk menanggapi situasi dalam cara yang baik secara moral”. Selanjutnya Thomas Lickona menambahkan, Karakter memiliki tiga bagian yang saling berhubungan yaitu pengetahuan moral, persaan moral, dan prilaku moral.[35] Bahwa karakter mulia meliputi pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing) kemudian menimbulkan komitmen atau niat terhadap kebaikan (moral feeling) dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behaviour). Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitivies), sikap (attitudes), dan motivasi (motivation), serta perilaku (behaviour), dan keterampilan (skills).
3.      Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter
a.       Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak.
b.      Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
c.       Menunjukkan sikap percaya diri.
d.      Mematuhi aturan-aturan sosia yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas.
e.       Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional.
f.       Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif.
g.      Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif.
h.      Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
i.        Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
j.        Mendeskripsikan gejala alam dan sosial.
4.      Pengintegrasian Pendidikan Karakter
a.    Integrasi dalam program pengembangan diri
Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter pada peserta didik dalam program pengembangan diri, dapat dilakukan melalui kegiatan sehari-hari di sekolah, diangtaranya melalui hal-hal berikut:
1)      Kegiatan rutin sekolah
2)      Kegiatan spontan
3)      Pengkondisian
b.   Pengintegrasian dalam mata pelajaran
Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam sillabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh melalui cara-cara berikut ini:
1)      Mengkaji standar kompotensi (SK) dan kompotensi dasar (KD) pada standar isi untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercukup didalamnya.
2)      Menggunakan tabel yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator  untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan.
3)      Mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam tabel itu kedalam sillabus.
4)      Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP.
5)      Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkanya dalam prilaku yang sesuai.
6)      Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasikan nilai maupun untuk menunjukkanya dalam prilaku.
c.    Pengintegrasian Dalam Budaya Sekolah
Menurut Jones (1995), yang dikutip oleh Agus Wibowo, budaya sekolah adalah pola nilai-nilai, norma, sikap, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam perjalanan panjang suatu sekolah, di mana sekolah tersebut dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf, maupun siswa, sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul disekolah.[36]
1)   Kelas, melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang sedemikian rupa. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar membaca dapat melalui kegiatan belajar yang bisa dilakukan guru.
2)   Sekolah, melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti seluruh peserta didik, guru, kepala sekolah, dan tenaga administrasi di sekolah itu, direncanakan sejak awal tahun pelajaran, dimasukkan ke kelender akademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari  budaya sekolah.
3)   Luar sekolah, melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagaian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal Tahun pelajaran, dan di masukkan kedalam kalender akademik.[37]
5.      Metode Pendidikan Karakter
Menurut Doni Koesoema sebagaimana dikutip oleh M. Mahbubi bahwa terdapat lima metode pendidikan karakter yang bisa diterapkan, yaitu:[38]
a.    Mengajarkan
Mengajarkan ialah memberikan pemahaman yang jelas tentang kebaikan, keadilan dan nilai, sehinggah murid memahami. Fenomena yang terkadang muncul, individu tidak memahami arti kebaikan, keadilan dan nilai secara konseptual, namun dia mampu mempraktekkan hal tersebut dalam kehidupan mereka tanpa disadari.[39]
b.   Keteladanan
Anak lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat (verba movent exempla trahunt). Guru bagaikan jiwa bagi pendidikan karakter, sebab karakter guru (mayoritas) menentukan karakter murid. Indikasi adanya keteladanan dalam pendidikan karakter ialah model peran pendidikan bisa diteladani oleh murid. Apa yang murid pahami tentang  nilai-nilai itu memang bukan sesuatu yang jauh dari kehidupan mereka, namun ada didekat mereka yang mereka temukan dalam prilaku pendidik.[40]
c.    Menentukan prioritas
Setiap sekolah memiliki prioritas karakter. Pendidikan karakter menghimpun banyak kumpulan nilai yang dianggap penting bagi pelaksanaan dan realisasi atas misi sekolah. Oleh sebab itu lembaga pendidikan mesti menentukan tuntunan standar akan karakter yang akan ditawarkan kepada murid sebagai bagian kinerja kelembagaan mereka..[41]
d.   Praksis prioritas refleksi
Unsur lain yang tak kalah penting ialah bukti realisasi prioritas nilai pendidikan karakter. Ini menjadi tuntunan lembaga pendidikan atas prioritas nilai yang menjadi visi kinerja pendidikanya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mampu membuat verifikasi, sejauh mana visi sekolah telah direalisasikan.
Verifikasi atas tuntunan itu ialah bagaimana pihak sekolah menyingkapi pelanggaran atas kebijakan sekolah; bagaimana sanksi itu diterapkan secara trasparan. Realisasi visi dalam kebijakan sekolah merupakan salah satu cara untuk mempertanggunjawabkan pendidikan karakter. Misalnya sekolah ingin menentukan nilai demokrasi sebagai nilai pendidikan karakter, maka nilai demokrasi tersebut dapat diverifikasi melalui berbagai macam kebijakan sekolah, seperti kepemimpinan demokratis, setiap individu di hargai sebagai pribadi yang sama dalam membantu mengembangkan kehidupan di sekolah.[42]
e.    Refleksi
Refleksi adalah kemampuan sadar khas manusiawi. Dengan kemampuan sadar ini, manusia mampu mengatasi diri dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi lebih baik. Ketika pendidikan karakter sudah melewati fase tindakan dan praksis perlu diadakan pendalaman dan refleksi untuk melihat sejauhmana lembaga pendidikan telah berhasil atau gagal dalam merealisasikan pendidikan karakter.[43]
6.   Nilai Dalam Pendidikan Karakter
No
Nilai
Deskripsi
1
Religius
Sikap dan prilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2
Jujur
Prilaku yang didasarkan pada budaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
3
Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4
Disiplin
Tindakan yang menunjukkan prilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5
Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6
Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7
Mandiri:
Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8
Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9
Rasa ingi tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan di dengar
10
Cinta tanah air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa
11
Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
12
Bersahabat/ komonikatif
tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
13
Cinta damai.
sikap, perkataan, dan tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14
Gemar membaca
kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
15
Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
16
Peduli sosial
sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain, dan masyarakat yang membutuhkan.
17
Semangat kebangsaan
cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya
18
Tanggun jawab
sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibanya, yang seharunya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa
7.   Prinsip dan Pendekatan Dalam Pendidikan Karakter
Pada prinsipnya, pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan, tetapi terintegrasi kedalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Untuk mengembangkan pendidikan karakter, menurut Supiana perlu dipahami prinsip-prinsip dasarnya sebagai berikut.[44]
a.    Karakter ditentukan oleh apa yang dilakukan, bukan apa yang dikatakan atau diyakini.
b.   Setiap keputusan yang di menentukan akan menjadi orang macam apa. Individu mengukuhkan karakter pribadinya melalui setiap keputusan yang diambilnya. Hanya dari keputusanya inilah seorang individu mendefinisikan karakternya sendiri.
c.    Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-cara yang baik.
d.   Jangan pernah mengambil prilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain.
e.    Apa yang dilakukan itu memiliki makna dan transformasi. Setiap orang perlu disadarkan bahwa setiap tindakan yang bernilai, dan setiap perilaku yang bermoral yang mereka lakukan memiliki makna dan bersifat transformatif.
f.    Bayaran bagi mereka yang memiliki karakter baik, dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni. Setiap tindakan dan keputusan yang memiliki karakter  membentuk seorang individu menjadi pribadi yang lebih baik. setiap kali kita membuat keputusan moral dan bertindak secara konsisten atas keputusan moral tersebut, kita mengukuhkan diri kita sebagai manusia yang baik.

C.    Hasil Penelitian
1.      Pendidikan karakter bagi peserta didik di SMU Negeri 1 Sinjai Utara menggunakan pendekatan holistik, yakni keterpaduan atau keterkaitan antara guru, siswa (peserta didik), lingkungan, orang tua, dan masyarakat dalam mengembangkan potensi peserta didik yang tidak bertumpuh pada ranah intelektual saja, namun memberikan ruang dan memfasilitasi perkembangan peserta didik secara jasmani dan rohani atau ranah afektif dalam totalitas kehidupan sehari-hari.
Strategi pembelajaran dilakukan dengan pendekatan moral reasoning (penalaran moral), yaitu pembelajaran ditempuh dengan tahapan pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling), dan  moral action (melakukan). Dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam lebih ditekankan pada bentuk keteladanan, kejujuran, kerjasama, pembiasaan serta mengembangkan perilaku peserta didik yang mencerminkan sikap percaya diri (confidence), tanggung jawab (responsible), rasa ingin tahu, kepedulian, demokrasi, kejujuran (honesty), menghargai (Respect), kreatif, cinta ilmu dan gemar membaca. SMU Negeri 1 Sinjai Utara juga melakukan strategi penanaman nilai karakter dengan menggunakan prinsip bahwa. (1) peserta didik dinilai dari apa yang telah dilakukan bukan pada apa yang telah dikatakan. (2) karakter peserta didik bersifat dinamis dan setiap individu mengukuhkan karakter pribadinya melalui setiap keputusan yang diambilnya, olehnya itu peserta didik harus diberikan ruang gerak untuk memahami karakter pribadinya. (3) hal yang baik itu dapat dilakukan dengan cara-cara yang baik. (4) tidak mencontoh dan mengambil prilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain. dan (5) apa yang dilakukan peserta didik tidak berlaku secara mutlak namun karna ada pengaruh dari luar dan itu merupakan hasil transformasi tentang apa yang mereka lihat dan dengar.
2.      Adapun nilai-nilai karakter yang ditanamkan dalam pembelajaran PAI di SMU Negeri 1 Sinjai Utara yaitu ada pada kegiatan eksplorasi elaborasi, sampai dengan kegiatan konfirmasi yang di dalamya mengandung nilai Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, bertanggung jawab, percaya diri, santun, rasa ingin tahu, mandiri, gemar membaca, cinta ilmu, bekerja sama dan patuh pada aturan sosial. Nilai lain yang dikembangkan mengacuh dan berkiblat pada visi dan misi sekolah..
3.      Pendukung dan penghambat dalam pembelajaran pendidikan nilai karakter di SMU Negeri 1 Sinjai Utara, yaitu faktor pendukung meliputi Strengths (kekuatan) dan Opportunity (peluang). Kekuatanya meliputi keberadaan SMU Negeri Sinjai Utara yang diakui dan difaforitkan sebagai sekolah percontohan. dengan dikeluarkanya Surat keputusan oleh Menteri Pendidikan No. 0351/0/1997 Tanggal 7 Maret 1997, serta rekomendasi model percobaan kurikulum 2013.
Kedua, lingkungan SMU Negeri 1 Sinjai Utara yang religius dan didukung oleh pembelajaran intra dan ekstrakurikulernya yang kental dengan Islam. Ketiga, keteladanan guru di SMU Negeri 1 Sinjai Utara yang memberikan dampak positif terhadap pembentukan karakter peserta didik. Keempat, metode dan program pembelajaran di SMU Negeri 1 Sinjai Utara yang diperkuat dengan kurikulum baru (kurikulum 2013) bagi kelas X dan XI yang sarat dengan penanaman nilai karakter. Dan Kelima, adalah bentuk keterlibatan organisasi kemasyarakatan  dalam pembinaan karakter peserta didik. Misalnya oragnisasi Palang Merah Indonesia (PMI) dan organisasi kepanduan (pramuka).
Adapun peluangnya yaitu, pertama, dengan adanya beberapa bentuk dukungan dan pengakuan dari pemerintah daerah, propinsi, dan pusat dapat memberikan peluang untuk bisa lebih memperdalam mitra dengan pemerintah, baik yang bersifat finansial maupun non finansial. Kedua, dengan pengakuan dan kerjasamanya itu dapat memberikan peluang kepada siswa SMU Negeri 1 Sinjai Utara untuk melanjutkan studi perkuliahan di berbagai perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Dan Ketiga, masyarakat memandang bahwa SMU Negeri 1 Sinjai Utara adalah sekolah tertua yang ada di Sinjai yang banyak mencetak tokoh-tokoh pembaharu yang dapat memberikan sumbangsi kepada mereka. Selanjutnya yang menjadi faktor penghambat meliputi Weakness (kelemahan) dan threats (tantangan). Kelemahanya yaitu Pertama, Kurangnya penyatuan dan pemahaman guru dalam hal proses pengembangan pendidikan nilai karakter peserta didik. Kedua, Kurangnya kesadaran siswa untuk mengaplikasikan apa yang telah dipelajari di sekolah, sehingga setelah selesainya jam pelajaran yang ada di sekolah, maka siswa akan kembali kepada kebiasaan. Ketiga, Fasilitas sarana, prasarana dan fasilitas lainya masih kurang mendukung. Adapun yang menjadi tantangan adalah Pertama, pengaruh budaya dan arus informasi global dimana para peserta didik banyak menyerap hal-hal negatif dari media yang berkembang saat ini khususnya HP dan internet. Fenomena ini cukup memprihatinkan, oleh karna itu perlu adanya upaya pembinaan dan pengawasan  dari guru dan orang tua terhadap anak. Kedua, keberagaman latar belakang pendidikan siswa.
4.      Hasil dari nilai karakter dalam pendidikan Agama Islam di SMU Negeri 1 Sinjai Utara dapat penulis jelaskan dari beberapa nilai karakter yang ditanamkan pada peserta didik sesuai dengan hasil obesrvasi yang telah peneliti lakukan yaitu, Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan yaitu religius, nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri yaitu 1) Jujur, 2) Bertanggungjawab, 3) Bergaya hidup sehat, 4) Disiplin, 5) Kerja Keras, 6) Percaya diri, 7) Berjiwa Wirausaha, 8) Berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, 9) Mandiri, 10) Ingin tahu dan 11) Cinta ilmu. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama yaitu 1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, 2) Patuh pada aturan-aturan sosial, 3) Menghargai karya dan prestasi orang lain, 4) Santun dan 5) Demokratis. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan yaitu 1) Peduli sosial dan lingkungan. Nilai Kebangsaan yaitu 1) Nasionalis dan 2) Menghargai keberagaman.


D.    Saran
Adapun saran yang penulis tawarkan dalam penelitian ini, yaitu
1.      Konsep dan strategi pendidikan karakter di SMU Negeri 1 Sinjai Utara dengan model holistik integral kiranya perlu dipertahankan dan dapat menjadi bagian dalam pengembangan pendidikan karakter pada umumnya.
2.      Kelemahan pendidikan karakter di SMU Negeri 1 Sinjai Utara yakni dari segi cara pandang dan penyatuan guru dalam melihat pendidikan karakter yang masih kurang, proses evaluasi yang belum nampak. Olehnya itu kedepanya sebagai seorang pendidik sejati perlu ada pemahaman persepsi dan duduk bersama-sama untuk memaknai pendidikan karakter sesuai disiplin ilmu yang dimiliki sehingga keberhasilan pendidikan karakter dapat tercapai.
3.      Hasil penelitian ini kiranya dapat dijadikan sebagai rujukan pada penelitian berikutnya sebagai upaya penyempurnaan. Terlebih mengenai bentuk evaluasi nilai pendidikan karakter di SMU Negeri 1 Sinjai Utara yang belum jelas.
Sebagai penutup dari penelitian ini dapat dikemukakan keterbatasan penelitian, Yaitu Terdapat kelemahan dalam metode penelitian, yaitu kemampuan peneliti dalam menganalisis informasi dari lapangan yang peneliti temukan.
                                        





DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A
Identitas



Nama
Tempat/ Tgl Lahir
Alamat
-      Sinjai


-      Makassar


-      Yogyakarta


No. Telpon
Email

Nama Ayah
Nama Ibu
:
:

:


:


:


:
:
:
:
:
Sudirman P., S.Pd.I
Puncak, 11 Maret 1988

Jln. Poros Lempangan No. 08 RT/ 01 RW/ 01,Desa Puncak, Kec. Sinjai Selatan (92661), Kab. Sinjai, Sulawesi Selatan.
Jln. Kandea 3 KIP 7 N0. 22 B. RT/RW: 002/ 006. Kelurahan Baraya, Kecamatan Bontoala (90153). Kota Makassar Proponsi Sulawesi Selatan.
Jln. Timoho No. 928 RW 20, Gang Mesjid APMD, Kelurahan Bacciro, Kec. Gondokusuman, Yogyakarta.
0852 4784 3790
http://sudirmanbagas.blogspot.com
Pala Mappatang
Suhe Nurpati
B
Riwayat Pendidikan
1.  SD Negeri No. 116 Lebba, Desa Puncak, Kabupaten Sinjai, Lulus Tahun 2000.
2.  SLTP Negeri 1 Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Lulus Tahun 2003.
1.   SMU Negeri 1 Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Lulus Tahun 2006.
2.   Strata Satu (S1) Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Sinjai, Lulus Tahun 2011.
3.   Strata Dua (S2) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Lulus Tahun 2014.
C
Riwayat Pekerjaan
Guru Honorer SD Negeri No 45 Lempangan, Sinjai Selatan Tahun 2012 Sampai 2013.
D
Pengalaman Organisasi
1.   Ketua Bidang Sosek  Pimpinan Komisariat Ikantan  Mahasiswa Muhammadiyah STAIM Sinjai Periode 2008-2009.
2.   Komandan KSR-PMI Unit 101 STAI Muhammadiyah Sinjai Periode 2009-2010.
3.   Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STAI Muhammadiyah Sinjai Periode 2010-2011.
4.   Koorditator BEM Perguruan Tinggi Muhammadiyah Se- Indonesia Timur Periode 2010-2011.
5.   Ketua FORKOM KSR-PMI  Unit Perguruan Tinggi Cabang Sinjai Periode 2009-2010.
6.   Pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sinjai 2011- Sekarang.
7.   Pengurus Remaja Mesjid Amar Ma’ruf Lempangan Desa Puncak, Sulawesi Selatan 2008- Sekarang
8.   Anggota Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Sul-Sel 2012- Sekarang.
E
Karya Ilmiah
1.      Makalah Islam di Afrika Sub Sahara
2.      Makalah Pendekatan Dalam Memahami Hadis Nabi
3.      Makalah Hakikat Evaluasi Dalam Pendidikan Islam
4.      Makalah Epistemologi: Karl Popper (Falsifikasi)
5.      Makalah Standarisasi Pendidikan: Tenaga Pendidik
6.      Makalah Kebudayaan Adat Pernikahan Bugis Makassar.
7.      Makalah Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
8.      Makalah Kebijakan Pemerintah Terhadap Guru Honorer.
9.      Makalah Hakikat Pengembangan Kurikulum PAI.
10.  Makalah Pendidikan Multikultural Persepektif  Paulo Freire.
11.  Problem Lembaga Pendidikan Islam: Problem Mutu dan Kwalitas Input Proses Output Pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Jabal Hikmah, Vol.1, 2013.
12.  Skripsi, Manajemen Pengelolaan Kelas di Tinjau dari Latar Belakang Pengalaman Mengajar Guru di SD Negeri 45 Lempangan, Kabupaten Sinjai. Tahun 2011.
13.  Tesis, Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMU Negeri 1 Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Tahun 2014



Yogyakarta, 11 Maret 2014



(SUDIRMAN P., S.Pd.I)




[1] http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf, di Unggah pada Tanggal 11 Maret 2014.
[2] Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 3.
[3]Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 144
[4] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, Cetakan 15, 2012) hlm. 300.
[5]Anslim Strauss Julied Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Bina Ilmu, 1997), hlm. 1.
[6]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 8
[7]Lexy J. Moelong, Metodologi  Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2000), hlm. 29
[8]Lexy J. Moelong, Metedologi Penelitian..., hlm. 14-15
[9]Sutrisno Hadi, Metedologi Research Jilid 2, (Yogyakarta: Andi, 2004), hlm. 151.
[10]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan..., hlm. 204
[11]Ibid, hlm. 205.
[12]Sutrisno Hadi, Metedologi..., hlm. 217
[13]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan..., hlm. 197
[14]Sutrisno Hadi, Metedologi Research, (Yogyakarta: JASBITPSY UGM), hlm. 225
[15]Lexy J. Moelong, Metedologi Penelitian..., hlm. 330.
[16]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan..., hlm. 330
[17]Ibid, hlm.173.
[18]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan..., hlm. 337
[19] Ibid, hlm. 335.
[20] Ibid, hlm. 373.
[21][21] Muhammad Zein, Pendidikan Islam Tinjauan Filosofis, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1987), hlm. 67
[22] Agus Zaenal Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 87.
[23] Zakiyah Darajat, dkk., Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), hlm. 260.
[24] Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), hlm. 11.
[25] Ibid,  hlm. 5.
[26] Muhaimin, dkk, Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 1993), hlm. 110.
[27] Abdul Mustaqim, Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Kisah Al-Qur’an, eds. Prof. Dr. H. Nizar  Ali, M.Ag dan Dr. H. Sumedi, M.Ag  dalam Antologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Kerjasama, Penerbit Idea Press, 2010), hlm. 232.
[28] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 12
[29] Ki Suratman, Pokok-Pokok Ketamansiswaan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1987), hlm. 12.
[30] M. John Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia: An English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia, 1995), hlm. 214.
[31] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. Ke-1 (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm.682.
[32] Wyne dalam Musfah, Pendidikan Karakter: Sebuah Tawaran Model Pendidikan Holistik Integralistik (Jakarta: Prenada Media, 2011), hlm. 127.
[33] Aisyah Boang dalam Supiana, Mozaik, Pemikiran Islam: Bunga Serampai Pemikiran Pendidikan Indonesia (Jakarta: Ditjen Dikti, 2011), hlm. 5
[34] Jhon Echlos, Kamus Populer, (Jakarta: Rieneka Cipta Media, 2005), hlm. 5.
[35] Thomas Lickona, Educating For Character, Mendidik Untuk Membentuk Karakter, Bagaimana Sekolah Dapat mengajarkan Sikap Hormat dan Tanggung Jawab, Penerjemah: Juma Abdu Wamaungo, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),Hlm. 81-82.
[36] Agus Wibowo, Pendidikan,,,hlm. 92.
[37] Ibid, hlm. 93-95.
[38] Mahbubi, Pendidikan Karakter, Implementasi Aswaja Sebagai Nilai Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2012),hlm. 49.
[39] Ibid, hlm. 49-50.
[40] Ibid, hlm. 51
[41] Ibid...
[42] Ibid, hlm. 52
[43] Ibid, hlm. 53
[44] Agus Zaenul Fitri dalam Supiana, Pendidikan Karakter, Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 30.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG GURU HONORER

Pemilu dan Revolusi Akal Budi

ISLAM DI AFRIKA SUB SAHARA